Baznas Sumedang dan Wajah Kemerdekaan Sejati

Agus Sulanto
0


SUMEDANG MA – Sang Saka Merah Putih menari gagah di tiang tertinggi, di halaman Gedung PPS Sumedang, Sabtu (17/8). Angin Agustus seolah meniupkan hikayat 80 tahun kemerdekaan. Namun, di antara derap langkah tegap dan hikmat upacara, sebuah detak jantung lain berdenyut lebih kencang—detak kepedulian yang meretas dari seremonial menuju nurani.
Di sinilah Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sumedang menafsirkan kemerdekaan dengan cara yang membumi. Bukan hanya pekik 'Merdeka!' yang diteriakkan, melainkan sebungkus harapan yang disalurkan. 

Sebanyak 600 paket beras menjadi jembatan antara perayaan dan kenyataan, dengan 300 paket untuk para ksatria aspal—pengemudi ojek online—dan 300 lainnya untuk para penjelajah jalanan, pengemudi becak motor (cator). Uluran tangan ini juga menyentuh pundak para siswa SD dan SMP yang tengah merajut asa.
Ketua Baznas Sumedang, Ayi Subhan, menegaskan bahwa aksi ini bukanlah sekadar acara insidental. "Program ini adalah napas dari Baznas Berbagi yang kami jalankan secara berkelanjutan," ujarnya. "Momentum kemerdekaan menjadi pengingat paling kuat, bahwa merdeka yang sesungguhnya adalah ketika kita saling peduli."
Kata-katanya menggarisbawahi sebuah filosofi: kemerdekaan harus turun dari mimbar upacara dan menyentuh langsung piring-piring rakyat.
Bagi Tasrip, salah seorang pengemudi cator yang kulitnya telah akrab dengan sengat matahari Sumedang, sekarung beras itu lebih dari sekadar bantuan pangan. Ia adalah bendera putih yang dikibarkan untuk sejenak menyerah dari lelah. "Alhamdulillah, terima kasih banyak Baznas. Beras ini ibarat oase di tengah jalan panjang kami mencari nafkah," ucapnya, wajahnya merekah seterang harapan yang baru saja disemai di hatinya.
Meski upacara yang dihadiri Bupati, Wakil Bupati, jajaran Forkopimda, hingga para kepala dinas berlangsung khidmat dan tertib, gema kemerdekaan yang paling nyaring hari itu tak datang dari dentuman kehormatan. Gema itu justru berdesir lirih dalam ucapan syukur para pejuang keluarga yang setiap hari bertarung di rimba raya perkotaan.
Baznas Sumedang seolah mengirim pesan sunyi yang kuat: kemerdekaan bukanlah festival warna-warni yang habis dalam sehari. Ia adalah tetesan kepedulian yang harus terus mengalir, memastikan setiap dapur tak lagi berasap cemas.
Sebab, bendera boleh berkibar setinggi langit, tetapi kemerdekaan sejati berakar di perut rakyat yang ter iris.

( Edy ms).
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)