Sonia ", Sosok Wanita Yang Giat Menyuarakan Suara Rakyat

Agus Sulanto
0
"

SUMEDANG MA- ( kamis 31 juli 2025), Di antara deretan kursi di ruang paripurna, sosoknya mungkin tak selalu menonjol. Namun, di jalan-jalan desa, di gang-gang sempit, di tengah tenda hajatan warga atau posyandu yang sederhana—nama itu begitu lekat di hati masyarakat: Sonia Sugian.
Bukan sekadar anggota DPRD Sumedang dari Fraksi Golkar. Sonia adalah cermin dari politisi perempuan yang merawat nurani, menghidupkan suara-suara kecil yang kerap diabaikan. Ia hadir bukan untuk membangun pencitraan, melainkan menyulam kepercayaan.

Tak sulit menemukan jejaknya. Cukup membuka Instagram, Facebook, atau bahkan TikTok—media sosial yang biasanya diisi hura-hura—justru menjadi ruang pengabdian. Di sanalah terekam langkah-langkah kecil penuh makna: menyapa petani, menuntun nenek tua ke puskesmas, duduk bersila di beranda rumah warga, mendengar keluh dengan telinga dan hati yang terbuka.

“Saya tak ingin berdiri di atas podium, lalu merasa paling tahu,” ucapnya lirih dalam satu perbincangan sore. “Tugas anggota dewan bukan cuma mengatur anggaran, membuat aturan, atau mengawasi jalannya pemerintahan. Tapi juga—dan ini yang sering dilupakan—mendengar dan turun langsung.”
Sonia tidak sedang beretorika. Ia melakukannya. Hampir setiap pekan, ia mengunjungi konstituennya di Dapil 6. Tak peduli hari kerja atau libur, terik matahari atau gerimis hujan, Sonia hadir. Ia tak membawa rombongan besar. Cukup diri sendiri, secarik kertas catatan, dan ketulusan.
Lantas, mengapa semua aktivitas itu dibagikan ke media sosial?.

“Karena rakyat berhak tahu apa yang saya lakukan. Ini bukan pencitraan, ini transparansi. Kalau selama ini kita menuntut pemerintah terbuka, maka kita, wakil rakyat, harus lebih dulu membuka diri.”
Bahasa tubuhnya sederhana, tapi kalimat-kalimatnya membawa daya. Bukan kalimat yang menggurui, melainkan menyentuh nurani. Ia tidak bicara dengan nada tinggi, tapi gagasannya menjulang.
Di zaman ketika banyak politisi berlomba memoles citra, Sonia memilih jalur yang berbeda: memupuk kepercayaan lewat aksi nyata. Ia tahu betul, bahwa wajah rakyat bukan hanya angka dalam data statistik, melainkan manusia dengan harapan, luka, dan kebutuhan yang tak bisa ditunda.

Warga pun menyambutnya bukan sebagai pejabat, tapi sebagai sahabat. Di pelataran masjid, di warung kopi, di pos ronda, nama Sonia disebut dengan senyum dan rasa percaya.
Di tengah iklim politik yang kerap keras dan penuh basa-basi, Sonia menunjukkan bahwa kekuasaan bisa dijalankan dengan kelembutan. Ia membuktikan bahwa menjadi perempuan, bukan penghalang untuk bergerak dan bersuara.
Dan lebih dari itu—ia sedang menulis ulang makna menjadi wakil rakyat. Bukan sekadar duduk di balik meja, tapi hadir di tengah denyut kehidupan masyarakat. Di sanalah kekuasaan sejati bermula: dari hati, untuk rakyat.

( Edy ms).
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)